Model Pembelajaran IPA SD
Oleh :
Annisa Diva Siti Nurbarani
1701414004
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Cokroaminoto Palopo
2019
1.1
Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam
Trianto (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang didgunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat –
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputerm
kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. (Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatid Progresif:
Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP))
Model pembelajaran
adalah suatu pendekatan yang berisi cara dan langkah-langkah seorang guru dalam
menyampaikan suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai disertai pengembangan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Model
pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri( Enggen dan Kauchak, 2012) :
a)
Fondasi : model pembelajaran didukung oleh teori dan penelitan
tentang pembelajaran dan motivasi. Dapat dicontohkan pada model pembelajaran
inkuiri adalah salah satu bagian dari model berbasis masalah. Pada model ini
menyajikan permasalahan di awal pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis
masalah erat kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme.
b)
Tujuan : model pembelajaran dirancang untuk membantu sswa
mengembangkan kemampuan dari berbagai aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor)
serta memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. Misalkan
model pembelajaran langsung yang digunakan untuk mengajarkan tentang kemampuan
prosedural misalkan mengukur menggunakan penggaris. Penggunaan model
pembelajaran langsung dapat mempermudah siswa memahami langkah – langkah yang
harus dilakukan siswa jika ingin mengukur menggunakan penggaris.
c)
Fase: model pembelajaran mencakup serangkaian langkah-langkah atau
fase yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik.
Dalam suatu model pembelajaran, terdapat langkah – langah atau step yang akan
dilakukan dalam sutu pembelajaran, setiap model memiliki sintaks yang tidak
sama dengan model yang lain yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. model pembelajaran langsung dapat mempermudah siswa memahami
langkah – langkah yang harus dilakukan siswa jika ingin mengukur menggunakan
penggaris. (Enggen dan Kauchak. 2012. Strategi
dan Model Pembelajaran ( Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir.
Diterjemahkan Wahono. Jakarta: Indeks)
Arends
dalam Trianto (2012) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis
digunakan guru dalam mengajar diantaranya presentasi, pengajaran langsung
pengajaaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah,
dan diskusi kelas. Model pembelajaran yang akan kita bahas sebagai berikut:
1.
Model
pembelajaran langsung
Pengajaran
langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center,
lebih lanjut Arends dalam Trianto (2012) menyatakan bahwa model pengajaran
langsung adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarakan dengan pola
bertahap. Pembelajaran langsung membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang
hati – hati dari pihak guru. (Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatid
Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan)
Perencanaan
pembelajaran pada model ini misalnya dari perencanaan waktu, tugas dan
aktifitas siswa. Melalui perencanaan pembelajaran yang matang maka pembelajaran
tidak hanya berbasis pada guru namun juga memungkinkan keterlibatan siswa
misalnya dalam hal memperhatikan, mendengarkan, menirukan serta kegiatan tanya
jawab. Keterlibatan siswa dapat membantu hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah
dapat didefinisikan (Dewey dalam Sudjana, 2001) sebagai interaks antara
stimulus dengan respons, yang merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak befungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif,
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta
dicari pemecahannya dengan baik. Pegalaman yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi
guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajar.
Pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran yang berusaha menghadirkan permasalahan-
permasalahan yang autentik (nyata), sehingga siswa mampu memberikan solusi dan
penanganan yang terbaik pada permasalahan tertentu. Pembelajaran berbasis
masalah bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir, kepekaan sosial dan mampu
mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari siswa serta siswa menjadi individu yang mandiri. Pembelajaran
berbasis masalah, lebih mengarahkan pada teori konstruktivisme yang mana
pembelajaran adalah hasil dari siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Salah satu contoh model
pembelajaran berbasis masalah adalah model inkuiri. Inkuiri berarti pertanyaan,
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari dan memahami informasi (Trianto, 2012). Dapat disimpulkan
Inkuiri merupakan strategi untuk menciptakan siswa agar mampu menyelidiki suatu
permasalahan untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya siswa mampu
merumuskan hasil penemuannya.
3.
Model pembelajaran kooperatif
Dapat definisikan pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Enggen dan
Kauchak dalam Trianto, 2012). Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk
meningkatkan partiisipasi siswa, memfasilitasi siswa untuk melatih kepemimpinan
dan keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan berinteraksi dengan
perbedaan latar belakang siswa. (Enggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran (
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Wahono.
Jakarta: Indeks)
1.2 Model Pembelajaran IPA
Ada
beberapa model yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA, berikut contoh
model pembelajaran dalam pembelajaran IPA:
1) Model
pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)
Model
ini dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science di Inggris.
Adapun langkah pembelajaran model ini adalah (Samatowa, 2011):
a)
Orientasi
Kegiatan
memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari dengan dikaitkan
dengan kehidupan sehari – hari.
b)
Pemunculan gagasan
Upaya
untuk memunculkan konsepsi siswa misalnya dnegan cara menuliskan apa yang
diketahui oleh siswa. Tahapan ini dapat dikatakan sebagai eksplorasi materi
c)
Penyusunan Ulang Gagasan
Pada
tahap ini merupakan tahap mengkonstruksi pemahaman siswa dan memperjelas
penguasaan materi siswa. Misalnya siswa melakukan diskusi, hasil diskusi tidak
disalahkan atau dibenarkan. Namun siswa membuktikan konsepsi hasil diskusi
mereka dengan konsepsi yang ada di buku. Selanjutnya siswa juga dapat melakukan
percobaan dan observasi.
d)
Penerapan gagasan.
Tahap
ini siswa diminta untuk mengembangkan gagasan yang telah didapatkannya, dengan
cara misalnya dengan pemberian masalah pada konteks yang baru. Sehingga siswa
mengaitkan konsep yang dimilikinya dengan konteks yang baru.
e)
Pemantapan Gagasan
Tahap
ini merupakan tahap pemberian umpan balik bagi siswa untuk memantapkan materi
yang didapatkan
2) Model
Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society)
Model
pembelajaran ini merupakan konsep belajar bermakna untuk peserta didik, karena
peserta didik diajak langsung mempelajari materi IPA dari dampak teknologi yang
ada di lingkungan sekitar. (Binadja dalam Wisudawati, 2015) Model pembelajaran SETS merupakan suatu model yang
menghubungkan sains dengan unsur lain, yaitu teknologi, lingkungan maupun
masyarakat.
Pembelajaran SETS ini
dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan agama siswa. Sistem
sosial yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini adalah sikap peduli
lingkungan kerjasama, toleransi dalam hidup bermasyarakat.
3)
Model Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Jonshon, 2008).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Konsep yang dihadirkan kepada siswa dapat berupa
situasi dunia nyata dibawa kedalam kelas atau sebaliknya. Melalui konsep ini
diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengenal
materi pembelajaran yang dipelajari. Tujuan dari pembelajaran kontektual ini
adalah kemampuan dan keterampilan siswa dalam menghadapi permasalahan dalam
kehidupan sehari – hari siswa.
Menurut
Trianto (2012) pendekatan CTL memiliki tujuh komponen diantaranya:
a)
Konstruktivisme (Contructivism)
Pada
pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Kontruktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya..
b)
Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun
materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari: observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan.
c)
Bertanya (Questioning)
Pertanyaan
dilakukan oleh guru dan siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara
berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya
jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas.
d)
Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal
maupun lingkungan yang terjadi secara alamiah. Masyarakat belajar bisa terjadi
apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.
e)
Pemodelan (Modeling)
Menurut Sanjaya (2009) pemodelan adalah sesuatu yang dapat ditiru
oleh siswa untuk memudahkan, memperlancar, membangkitkan ide dalam proses
pembelajaran. Model dapat diperoleh dari guru, siswa atau dari luar sekolah
yang relevan dengan konteks dan materi yang sedang menjadi topik bahasan.
Pemodelan dalam konsep ini adalah kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar
siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan.
Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan
satu-satunya model.
f)
Refleksi (Reflection)
Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu dan merupakan respon
terhadap kejadian serta aktivitas atau pengetahuan baru yang diterima atau
dilakukan. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan
dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
pengetahuan yang dimilikinya.Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang
sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu
tindakan penyempurnaan.
g)
Penilaian Autentik (Authentic
Assesment)
Assesmen
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari
informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar harus menekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn),
bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran.
Kesimpulan
Model pembelajaran
adalah suatu pendekatan yang berisi cara dan langkah-langkah seorang guru dalam
menyampaikan suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai disertai pengembangan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana yang menunjang agar
siswa merasa bebas untuk merespon secara alami dan teratur, dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Karena itu pengkajian pemilihan model
pembelajaran yang tepat menjadi hal yang perlu dilakukan agar sesuai dengan
karakteristik siswa dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Saran
Semua
model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar
peserta didik, memberikan nilai yang positif terhadap peserta didik, mempermudah proses pemasukan materi
kepada pesrta didik dan tentunya diharapkan menghasilkan cetakan-cetakan anak bangsa yang akan memajukan
indonesia ini.
Daftar Pustaka
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang:
Ediide Infografika.
Trianto. 2012. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatid Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada
Kurikulum Tingkat Satuan
Enggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan
Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir).
Diterjemahkan Wahono. Jakarta: Indeks
No comments:
Post a Comment