Teori
Pembelajaran IPA SD
Kelompok 2 :
ANNISA DIVA SITI
NURBARANI 1701414004
HESTI VALENTIN MUSA 170
1414383
DWI KUSUMAWATI 1701414030
RAHMA ARIF 1701414444
HAPSARI 1701414039
MIRHAT 1701414017
REFLY MONCUBE 1701414002
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Palopo,
Februari 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembelajaran IPA merupakan sesuatu
yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa
sebagaimana yang dikemukakan National Science Educational Standart (2003: 20)
bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something
student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam
pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan
dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang
fenomena alam. Selain itu seorang guru
juga harus kreatif , dan inovatif
.
Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar,
namun diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori
belajar dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori
pembelajaran mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan
kompetensi siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Teori Belajar?
2. Apa saja Teori Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teori Pembelajaran IPA SD
Menurut
Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu
sama lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena.
Belajar merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang
lainnya dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk
mendapatkan perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat
beberapa teori dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang
dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan pembelajaran IPA. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran
IPA SD.)
Teori
belajar tersebut diantaranya:
1. Teori belajar Behaviourisme
Pada
teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov, Edward
Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori
behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.. Pembelajaran yang berpijak pada
teori ini memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak
berubah. Belajar merupakan perolehan
pengetahuan dan mengajar dianggap
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki
pemahaman yang sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar
dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik dan dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas
pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi
kemampuan. Sebagai
konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi
instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
penilaian didasari atas perilaku yang tampak. (Fitri Fatimah. Analisis Teori Belajar Sesuai
Dengan Pembelajaran Ipa.)
Tidak setiap mata pelajaran bisa
memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan
kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan , cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
2. Teori
Perkembangan Kognitif
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada
hasil belajar, tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons
bebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti
sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tokoh-tokoh
dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :
1) Teori
Belajar Gagne
Menurut
Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia, Belajar
menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya
dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap
cukup lama selama kehidupan orang itu.
Menurut
Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1) Fase
penerimaan (apprehending phase)
Pada
fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase
penguasaan (Acquisition phase)
Pada
tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
3) Fase
pengendapan (Storage phase)
Sesuatu
yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4) Fase
pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa
yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan
menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase
ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak
berubah-ubah.
Menurut Gagne,
fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga
didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui
fase penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.
Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA
di SD :
a. Mengaktifkan
motivasi (activating motivation)
b. Memberi
tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
c. Mengarahkan
perhatian (directing motivation)
d. Merangsang
ingatan (stimulating recall)
e. Menyediakan
bimbingan belajar (providing learning guidance)
f. Meningkatkan
retensi (enhancing retention)
g. Membantu
transfer belajar (helping transfer of learning)
h.
Mengeluarkan perbuatan (eliciting
performance) dan memberi umpan balik (providing feedback)
2)
Teori
Belajar Piaget
Belajar
adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari
guru sesuai dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut
Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
a.
Asimilasi
: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada.
b.
Akomodasi
: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c.
Equilibrasi
: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengatakan
bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode,
media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut
Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan
oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran
IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh
anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b) Anak
mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
c)
Apabila hanya kegiatan fisik yang
diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual
anak.
Cara
Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget
a) Mulailah
dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan pancaindra dengan
benda nyata atau konkret.
b) Penata
awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid
mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur
kognitifnya.
c) Pergunakanlah
kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan kognitif
yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
d) Guru
harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e) Guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan
guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan
f)
Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali
bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah.
2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran
IPA SD (E-Learning)).
3)
Teori
Belajar Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi
pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga membantu siswa untuk memahami bahan belajar
secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna.
Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Mengajar
adalah mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna.
Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika
siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel
membuat peta hirarki konsep-konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum
berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan lebih
khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh
Ausubel yaitu :
a) Pengatur
awal
Pengatur
awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep
yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b) Prinsip
Diferensiasi Progresif
Dalam
diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
c) Prinsip
Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi
integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan
disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
Ada
empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
a) Pemetaan
konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan organisasi
dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi IPA
b) Suatu
peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu disiplin
atau suatu bagian dari suatu disiplin.
c) Dari
setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep,
makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian
contoh-contoh.
d)
Suatu peta konsep memmuat hierarki
konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi
nilai peta konsep itu.
4)
Teori
Belajar Bruner
Belajar
merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar penemuan
yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk memanipulasi
objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan
langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang
diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui
pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan
dengan keterangan instuitif yang melekat padanya.
Ada
tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner,
yaitu :
1) Tahap
Enaktif
Anak
secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)
2) Tahap
Ikonik
Kegiatan
yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang memanipulasinya.
3) Tahap
Simbolik
Anak
memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terkait
objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek riilnya. Anak
yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Menurut Bruner,
dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a) Tahap
informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam
tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari.
b) Tahap
transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam
tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
c) Tahap
evaluasi
Dalam
tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.
Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran
IPA di SD :
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas,
Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan
bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata. Peranan guru dalam
pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang
penuntun untuk mendapatkan informasi.(Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD
(E-Learning)).
3. Teori
Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori
yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau
tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada
dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan dari hasil pengalaman yang
didapatkannya. Menurut Slavin dalam
Trianto (2009) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses
dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita
melalui pengalaman dan interaksi mereka. Anak secara aktif membangun
pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman
mereka tentang realita berdasarkan pengembangan skemata siswa yang berasal dari
proses asimilasi dan akomodasi. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.)
Aliran
kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri berdasarkan
pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan pengetahuan yang
bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara individu dan
individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Jadi
belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain
yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau
pengetahuan siswa.
Implikasi
teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat belajara
melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk mengkonstruksi
pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada permasalahan
sehari – hari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi
siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain untuk
memperkaya pengetahuan siswa.
Teori
pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab pembelajaran
akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang lebih
diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui dilingkungannya. Pembelajaran yang
bermakna akan membuat siswa lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori
belajar konstruktivisme dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan
kemandirian siswa, sebab siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk
mendapatkan hal yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu
arah dari guru. Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi . Menurut
(Jensen, 2011) Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu mengajukan pertanyaan bermutu
tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi, dan mengembangkan keterampilan
berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme
adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme dari Piaget lebih menekan
bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau individu peserta didik
tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah disampaikan
sebelumnya.
1) Teori Belajar Vygotsky
Vygotskt
merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan bahwa siswa akan
dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabalia
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.(Farida
Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA
Sekolah Dasar.)
Belajar
yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan
memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi
apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Proses
pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :
a) Terjadi
saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
b) Dilakukan
secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi
Mengajar
adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan berkolaborasi
dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD:
1) Pembelajaran
kooperatif antar siswa tertata dengan baik
2) Pendekatannya
dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian sejumlah besar bantuan
pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga siswa semakin lama semakin
bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kemudian secara perlahan
bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3) Prinsip-prinsip
dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita tentang dunia di
sekitar kita dimulai melalui pengalaman
4)
Dikehendaki setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi
disekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi pemecahan yang efektif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori belajar dan
pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar memiliki banyak
kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh para
ahli. Yang terbagi menjadi tiga bagian teori yaitu, teori behaviorisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme.
3.2
Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar
dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara
mengajar yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat
memahami dan menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan
situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan
dengan optimal.
Daftar Pustaka
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang:
Ediide Infografika.
Nurjannah,
Siti. 2016. Teori Belajar dalam
Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
Fatimah, Fitri. Analisis Teori Belajar Sesuai
Dengan Pembelajaran Ipa.