Makalah Teori Pembelajaran IPA di SD


Teori Pembelajaran IPA SD



Kelompok 2 :

ANNISA DIVA SITI NURBARANI                          1701414004
HESTI VALENTIN MUSA                                        170 1414383
DWI KUSUMAWATI                                                            1701414030
RAHMA ARIF                                                           1701414444
HAPSARI                                                                   1701414039
MIRHAT                                                                    1701414017
REFLY MONCUBE                                                   1701414002

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
2018/2019


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Palopo, Februari 2019

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru  juga harus kreatif , dan  inovatif .
Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Teori Belajar?
2.      Apa saja Teori Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Teori Pembelajaran IPA SD
Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat beberapa teori dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan pembelajaran IPA. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.)
Teori belajar tersebut diantaranya:
1.      Teori belajar Behaviourisme
Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov, Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.. Pembelajaran yang berpijak pada teori ini memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Belajar merupakan  perolehan pengetahuan  dan mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dan dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi kemampuan. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. (Fitri Fatimah. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.)
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2.      Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Belajar  dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :
1)      Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia, Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.

Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1)      Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2)      Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
3)      Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4)      Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.
Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD :
a.       Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
b.      Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
c.       Mengarahkan perhatian (directing motivation)
d.      Merangsang ingatan (stimulating recall)
e.       Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
f.       Meningkatkan retensi (enhancing retention)
g.      Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
h.      Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik (providing feedback)
2)      Teori Belajar Piaget
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
a.       Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif  yang   sudah ada.
b.      Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c.       Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengatakan  bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a)      Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b)      Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
c)      Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak.
Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget
a)      Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
b)      Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c)      Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
d)     Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e)      Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan
f)       Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).
3)      Teori Belajar Ausubel
              Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga  membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
       Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a)      Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b)      Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
c)      Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
a)      Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi IPA
b)      Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
c)      Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
d)     Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.



4)      Teori Belajar Bruner
Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan instuitif yang melekat padanya.
Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
1)      Tahap Enaktif
Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)
2)      Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3)      Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a)      Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
b)      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.


c)      Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD :
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.(Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).
3.      Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita berdasarkan pengembangan skemata siswa yang berasal dari proses asimilasi dan akomodasi. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.)
Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada permasalahan sehari – hari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan siswa.
Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa, sebab siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi . Menurut (Jensen, 2011) Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu mengajukan pertanyaan bermutu tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi, dan mengembangkan keterampilan berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme dari Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau individu peserta didik tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah disampaikan sebelumnya.
1)      Teori Belajar Vygotsky
Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan bahwa siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.(Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.)
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :
a)      Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
b)      Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi
Mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD:
1)      Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik
2)      Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3)      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman
4)      Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi pemecahan yang efektif




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori belajar dan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar memiliki banyak kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi menjadi tiga bagian teori yaitu, teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
3.2    Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.



Daftar Pustaka
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang: Ediide Infografika.
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
Fatimah, Fitri. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.



No comments:

Post a Comment